Dua pemain muda asal negara tetangga, Kang Khai Xing/Aaron Tai, menciptakan kejutan dengan memenangkan pertandingan melawan pasangan yang tengah bermain apik di ronde awal Malaysia Masters 2025.
Pasangan tersebut merupakan William Kryger Boe dan Christian Faust Kjaer dari Denmark.
William Kryger Boe dan Christian Faust Kjaer menciptakan kehebohan saat finis sebagai runner-up di turnamen Thailand Open 2025 walaupun mereka dipandang sebelah mata lantaran peringkatnya yang masih rendah, yaitu urutan ke-75 dunia.
Tiga sepasang murid dari pembina terkenal Indonesia, Herry Iman Piergandi, juga menghadapi kesulitan.
Ini mencakup pasangan mantan juara dunia nomor satu, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, yang kesulitan menghadapi Boe/Kjaer pada pertandingan semi-final.
Herry IP memiliki anak asuh yang sedang bertarung untuk tim nasional bulu tangkis Malaysia, yaitu Man Wei Chong dan Kai Wun Tee. Mereka terpaksa mengundurkan diri pada ronde kedua walaupun mereka adalah unggulan ketiga dalam kompetisi tersebut.
Meskipun demikian, kisah Boe/Kjaer tidak berlanjut hingga Malaysia Masters 2025, turnamen yang sebanding dengan tingkat Thailand Open dalam seri Super 500.
Pasangan cucu dari juara ganda putra Denmark di masa lalu itu harus mengakui kemenangan kepada Kang Khai Xing/Aaron Tai yang sebenarnya bukan favorit.
Kang dan Tai adalah tim yang berasal dari babak kualifikasi. Meskipun demikian, juara dunia junior tahun 2024 tersebut berhasil mengamankan kemenangan di pertandingan yang ketat.
Alur perjalanan Kang/Tai hampir mirip dengan para senior mereka, yaitu Aaron Chia/Soh Wooi Yik, ketika menaklukkan Boe/Kjaer di partai puncak Thailand Open 2025.
Kang atau Tai kalah di game awal tetapi berhasil mengubah jalannya permainan dan akhirnya menangkan pertandingan dengan skor 12-21, 21-11, 21-17.
Baru-baru ini mereka bertemu dengan Boe/Kjaer.
“Maka mereka memberikan kami sejumlah masukan yang pastinya sangat berguna,” kata Kang mengonfirmasi ada nasihat dari Chia/Soh, seperti dikutip dari
New Straits Times
.
Tentu saja, walaupun tiba di lapangan sambil membawa bekal berharga, terdapat rasa kurang percaya diri yang dialami oleh mereka pada awal pertandingan.
Kang mengatakan bahwa tantangan di level awal muncul lantaran dirinya dan Tai kurang agresif dalam permainan. Akibatnya, Boe/Kjaer memiliki peluang besar untuk memperoleh poin.
Kang/Tai menerima dukungan tambahan langsung dari pelatinya, Herry IP, beserta asisten-nya Muhammad Miftakh, keduanya berasal dari Indonesia.
“Kami diberi peringatan oleh pelatih untuk tidak memegang raket terlalu sering, dan nasihat tersebut berfungsi dengan baik di pertandingan kedua,” jelas Kang.
Kami memanfaatkan momen tersebut di pertandingan penting untuk menjamin kemenangan kami.
Kang/Tai diproyeksikan sebagai pasangan muda yang berpotensi melanjutkan tradisi juara dari Negeri Jiran, yang kini masih memegang kendali atas sepuluh posisi teratas di tingkat global.
Bersama Indonesia, Malaysia berhasil mengantarkan tiga pasang unik ke dalam kategori 10 besar dunia.
Laporan Malaysia menunjukkan performa yang lebih baik berkat adanya Goh Sze Fei/Nur Izzuddin (tim bebas) serta Aaron Chia/Soh Wooi Yik yang menduduki peringkat kedua dan ketiga.
Fajar dan Rian sebagai pasangan dengan peringkat teratas di negeri ini menduduki posisi kelima.
Pada segi pencapaian, pasangan ganda putra Malaysia telah meraih kesuksesan lebih sering pada tahun ini. Sementara Indonesia belum memperoleh kemenangan, mereka berhasil menyabet 3 gelar di BWF World Tour dan tambahan satu medali emas dalam Kejuaraan Asia.
Kang dan Tai, keduanya lahir pada tahun 2006, tengah berjuang melewati tantangan saat beralih dari pertandingan pemula ke persaingan tingkat profesional.
Sejak memenangkan gelar juara dunia junior, mereka hanya mencapai babak ketiga sebanyak satu kali dalam sembilan kesempatan tampil di BWF World Tour.
Capaian tertinggi mereka adalah berhasil mencapai babak perempat final di turnamen Syed Modi India International 2024, yang merupakan bagian dari seri Super 300.
“Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkatan junior dan senior,” kata Kang.
Permainannya di tingkat senior jauh lebih kencang dan kuat. Kami harus bisa menyesuaikan diri dengan cepat saat terjadi pergantian strategi.
“Masih ada banyak hal yang perlu kita pelajari dari para senior,” katanya.