– Penampilan Presiden Republik Indonesia yang ketujuh, Joko Widodo (Jokowi), mengalami perubahan akibat masalah alergi pada kulit menjadi fokus utama masyarakat.
Rocky Gerung pun turut menyampaikan pandangannya.
Rocky mengatakan bahwa hal tersebut tidak disebabkan oleh alergi kulit sebagaimana dinyatakan Jokowi.
Rocky Gerung mencurigai bahwa hal tersebut bukanlah alergi, tetapi suatu kondisi mental yang dikenal sebagai psikosomatik.
Hal ini disampaikan Rocky Gerung saat menjadi tamu dalam acara Walk The Talk yang diunggah di kanal YouTube DeddySitorusOfficial, Kamis (19/6/2025).
Menurut Rocky Gerung, “Saya rasa ini bukan termasuk alergi melainkan kondisi yang disebut psikosomatis. Alergi berkaitan dengan zat tertentu dalam tubuh, sedangkan yang satu ini adalah masalah kejiwaan sehingga tidak dapat ditangani secara fisik.”
Terbaru tentang Penyakit yang Diidap Jokowi: Wajah Masih Bengkak dengan Ruam Berkelanjutan Meski Diduga Mengalami Autoimun
Rocky menyatakan bahwa Jokowi kecanduan tampil di depan kamera, namun perdebatan tentang dia terus berlanjut. Akibat buruk dari hal ini mencerminkan dampak pada fisiknya.
Hei, mari kita periksa seperti apa, contohnya, kecanduan Bapak Jokowi pada kamera sebenarnya berlanjut tanpa henti begitu.
Pada saat dia mencandu, yang terjadi justru adalah efek negatifnya kan. [Kecanduan yang] dia mesti layani, mesti seolah-olah ‘ya silakan.’ Pada saat yang sama, anaknya dipersekusikan oleh politician kan. Jadi itu yang terjadi,” jelasnya.
Rocky Gerung juga mencurigai adanya tekanan psikologis yang dirasakan oleh Jokowi dan hal ini telah melampaui batasan yang dapat ditangani dengan menggunakan obat-obatan kimia.
“Jadi, sebetulnya ketegangan psikologi itu kalau tubuhnya tidak kuat, sistem stressor-nya, mesti diatasi secara kimia.
Sebagai contoh, mengonsumsi xanax atau obat penghilang rasa cemas. Kelihatan sepertinya telah digunakan sebelumnya, namun efeknya mungkin sudah menurun, karena Bapak Jokowi memiliki tingkat stres mental yang sangat besar,” terangnya.
Ahli yang lahir di Manado, Sulawesi Utara pada tanggal 20 Januari 1959 tersebut mengatakan bahwa tekanan psikologis Jokowi semakin memburuk karena berbagai pandangan negatif dari masyarakat.
“Setelah dia turun itu tidak berhenti dugaan-dugaan negatif terhadap perilaku beliau selama pemerintah. Dan itu menyakitkan, karena mungkin Pak Jokowi melihat Ibu Mega setelah lengser ngurusin PDIP, Pak Prabowo sebelum jadi presiden ngurusin partai, Pak SBY secara lengser melukis, ngurusin partai,” papar Rocky.
Rocky Gerung berpendapat bahwa Jokowi merasa cemas lantaran tak mempunyai alat politik untuk digunakan, walaupun terdapat hubungan antara namanya dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Menurut Rocky , PSI yang identik sebagai partai anak muda jelas tidak sesuai untuk Jokowi.
“PSI merupakan partai yang dijalankan oleh generasi muda namun pemimpinnya akan menjadi seseorang yang lebih berpengalaman. Itu saja sudah cukup untuk membuat hal tersebut tidak berhasil lagi. Tetap saja, dia harus memiliki alat dalam kancah politik,” jelas Rocky.
“Maka karena tidak memiliki permainan politik, ia mulai berkeliaran kemari-kemari. Berkeliaran seperti itu tentu melelahkan pada suatu titik, apalagi dilakukan di usia tersebut,” jelasnya tegas.
Sekilanya, alergi kulit yang diidap oleh Presiden Republik Indonesia ke-7, Joko Widodo (Jokowi), memengaruhi perubahamwajahnya.
Peristiwa itu terlihat saat Jokowi menyapa para tamu yang berkunjung ke kediamannya guna memperingati hari jadi kelahiran ke-64, pada Sabtu (21/6/2025).
Asisten mantan Presiden Joko Widodo, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, mengatakan bahwa alergi tersebut menimbulkan peradangan.
“Visualnya, kita dapat melihat bahwa Bapak tampak sedikit berbeda. Fisiknya baik dan tak ada keluhan. Dari sisi medis, dinyatakan bahwa alerginya mengakibatkan peradangan,” ujarnya pada hari Minggu (22/6/2025), sebagaimana dilansir dari Tribun Solo.
Dia juga tidak tahu secara pasti tentang aspek autoimun yang berhubungan dengan kondisi yang dihadapi Jokowi.
“Itulah mungkin dokter yang memberikan penjelasan tentang(autoimun),” katanya.
Meskipun demikian, Jokowi dalam keadaan sehat.
“Proses penyembuhan sedang berlangsung. Namun, pada tahap ini, kondisinya sudah mulai membaik,” jelasnya.
Sudah diketahui bahwa Jokowi terkena alergi kulit usai kembali dari Vatikan di mana dia hadir dalam pemakaman Paus Fransiskus.
Sehari setelah kembali dari Vatikan, barulah Jokowi merasakan alergi yang menyebabkan kulitnya muncul bintik-bintik hitam.
Menurut Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, alergi tersebut dipicu oleh pergantian iklim antara di Vatikan dan Indonesia.
Saat ini Bapak tengah menjalani proses penyembuhan dari alergi kulit setelah kembali dari kunjungan ke Vatikan. Kemungkinan besar karena perubahan iklim di sana, sehingga memerlukan adaptasi.
“Pulang ke Indonesia kemudian beberapa hari berikutnya gejala alergi mulai timbul. Gejalanya tidak segera muncul dan telah mendapatkan penanganan,” jelas Kompol Syarief seperti dilansir Tribun Solo pada Kamis (5/6/2025).
Alergi kulit yang dialami oleh Jokowi pun tak disertai demam atau rasa gatel sehingga tidak menganggu kegiatan sehari-harinya.
Beberapa rumor menyebutkan bahwa Jokowi mengidap sindrom langka bernama Steven Johnson.
Beberapa orang melaporkan bahwa dia dibawa ke Jepang karena sakit yang dideritanya. Namun, Syarif menegaskan bahwa informasi tersebut tidak tepat.
“Nggak. Itu hoax. Tidak benar (tentang Steven Johnson Syndrome dan dilarikan ke Jepang). Hanya alergi kulit biasa,” terangnya.
Syarief menyangkal pula tuduhan Dr. Tifa bahwa Jokowi mengidap autoimun.
“Enggak sampai sana,” katanya.
Walaupun mengalami alergi, Syarief menegaskan bahwa keadaan fisik Jokowi sangat prima.
Jokowi pun telah melanjutkan rutinitas sehari-hari seperti bersepeda saat hari bebas kendaraan, bercengkerama dengan cucunya, sarapan diluar rumah, dan mengabulkan permintaan warga untuk foto dengannya ketika mereka berkunjung kerumahnya.
Syarief menyatakan bahwa keadaan Jokowi saat ini terus mengalami perbaikan.
“Tidak mengganggu rutinitas, sempat bersepeda, bermain dengan cucu. Sarapan bersama. Tidak ada gangguan sedikitpun. Tetap melayani permintaan foto pula,” jelas alumni SMA Taruna Nusantara Magelang.
Syarief mengaku bahwa beberapa pihak sempat menanyakan tentang keadaan Jokowi, mereka hanya peduli dan sekadar memantau beritanya lewat TV.
“Yang belum tahu secara langsung, hanya lihat TV, karena mungkin muncul di kulit, jadi banyak yang nanya,” tukasnya.
Sebelumnya, salah satu orang yang dilaporkan Jokowi di kasus ijazah, dr Tifa sempat menyebut Presiden ke-7 ini mengalami autoimun
Tuduhan dari Tifa tersebut muncul setelah dia melihat penampilan terakhir Jokowi yang menunjukkan ada bercak atau noda hitam di wajah dan leher sang presiden.
Tak hanya menuding Jokowi menderita autoimun, dr Tifa yang belum lama ini dilaporkan karena menuding ijazah Jokowi palsu, juga menyebut Presiden ke-7 itu menyimpan beban selama 10 tahun kepemimpinannya.
Mengapa Pak Jokowi seolah-olah terkena autoimun?
Muka dan leher secara mendadak dipenuhi oleh melasma atau noda-noda gelap.
Tiba-tiba saja dia mengalami kerontokan rambut parah, dengan kebotakan cepat terjadi di dahinya, bagian atas kepala, dan belakang kepala.
>>>Perbarui berita terbaru di Google Berita