Sobat Sipil, Apa Itu Riset Dekolonisasi-Feminis-Postkolonial-Interseksional-Kritis-Komunitas-Partisipatif-Fenomenologis?
Riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis merupakan metode penelitian yang mengedepankan analisis yang tidak hanya dipandang dari satu dimensi saja, melainkan mengkombinasikan beberapa dimensi analisis.
Terbagi menjadi sembilan dimensi analisis, riset ini mencakup pandangan rasialisasi- gender-ekonomi-kultural-politik-historiografis-ideologis-ekologi- dan metodologis. Dengan demikian, penelitian ini mampu menjelajahi isu perspektif gender, ras, dan kelas serta mengeksplorasi dan mengakomodasi perspektif berbeda.
Metode ini secara khusus digunakan oleh para akademisi, aktivis, dan praktisi sosial dalam rangka menganalisis sistem ketidakadilan dan kekuasaan serta upaya-upaya pembebasan.
Berikut 7 Keunggulan Riset Dekolonisasi-Feminis-Postkolonial-Interseksional-Kritis-Komunitas-Partisipatif-Fenomenologis
- Menjadikan Analisis yang Komprehensif
- Menjaga Keterlibatan Masyarakat
- Menjaga Norma etis
- Memiliki Swadaya dan Partisipasi yang Lebih Tinggi
- Memakai Rangkaian Strategis yang Lebih Mencakup
- Mempertahankan Prinsip Inklusivitas
- Menghasilkan Penemuan yang Lebih Beragam
๐ Riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis memungkinkan kualitas analisis yang lebih tinggi karena mampu menggabungkan beberapa perspektif analisis. hal ini memungkinkan para peneliti mempertimbangkan dimensi sosial yang beragam dan menghindari pandangan monolitik.
๐ฌ Riset ini mencakup perspektif masyarakat, sehingga para peneliti dapat memanfaatkan kesempatan untuk secara langsung berinteraksi dengan subjek penelitian yang dimaksud, sehingga masyarakat menjadi bagian dari proses penelitian.
๐ Riset ini biasanya lebih baik dari sisi norma etis dibandingkan dengan metode penelitian konvensional karena para peneliti harus memperlakukan subjek penelitian secara adil, terhormat, dan sensitif. Riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis mempertimbangkan perspektif etis, sehingga mampu menempatkan subjek penelitian sebagai partisipan yang aktif dalam proses penelitian.
๐ค Dalam metode ini para peneliti menciptakan ruang dialog interaktif untuk membangun hubungan saling menguntungkan yang memungkinkan subjek penelitian melakukan swadaya dan partisipasi yang lebih aktif. Dalam konteks ini, riset ini secara positif mendorong partisipasi sosial yang tinggi, sehingga berkembang menjadi praktik kolaboratif dan interaktif yang memperkaya para peneliti dan subjek penelitian.
๐ฏ Dalam riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis, para peneliti mempertimbangkan kombinasi strategi yang lebih heterogen dibandingkan dengan metode penelitian konvensional. Terdapat strategi yang menggabungkan pendekatan deskriptif, interpretatif, dan kritis. Hal ini membuktikan bahwa riset ini mempertimbangkan beragam perspektif yang menjangkau seluruh aspek kehidupan masyarakat.
๐ฅ Riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis mempertimbangkan tiga prinsip inklusivitas, yakni menghindari pandangan monolitik, menghargai pluralitas, dan menyeimbangkan keuntungan dan kerugian. Dengan mempertimbangkan semua prinsip ini, maka peneliti dapat memastikan bahwa perspektif gender, ras, dan kelas mampu dilibatkan dan didengarkan.
๐ Metode riset ini mempertimbangkan akomodasi perspektif yang beragam. Dengan demikian hasil penemuan riset tidak dibatasi oleh perspektif yang monolitik ataupun terbatas oleh konteks yang tidak mewakili heterogenitas. Hal ini memungkinkan pengembangan pengetahuan yang lebih beragam dan memasyarakat.
Berikut 7 Kekurangan Riset Dekolonisasi-Feminis-Postkolonial-Interseksional-Kritis-Komunitas-Partisipatif-Fenomenologis
- Kompleksitas yang tinggi
- Pembatasan Terhadap Generalisasi
- Kelebihan Volume Data
- Keterbatasan Principal Investigator
- Keterbatasan pada Perspektif yang Berbeda
- Memerlukan Waktu dan Biaya yang Lebih Besar
- Tidak Disepakati Secara Umum
๐ง Riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis memiliki kompleksitas yang sangat tinggi. Hal ini membuat para peneliti harus memiliki kemampuan pemahaman yang tinggi terhadap metode ini, sehingga dapat mengeksplorasi persepektif perspektif yang berbeda. Kompleksitas ini juga menuntut para peneliti untuk terus meningkatkan kemampuan dalam memaknai data dan analisis.
๐ค Metode penelitian ini memiliki pembatasan terhadap umumalisasi atau generalisasi hasil penelitian. Dalam hal ini, riset ini lebih pada penggunaan studi kasus. Oleh karena itu, hasil penelitian ini terbatas pada kasus yang sedang dijalankan.
๐คฏ Metode riset ini biasanya memproduksi volume data yang sangat besar. Volume data tersebut bisa membawa dampak positif dan negatif. Bemeriahnya data bisa menjadi sumber pengembangan pengetahuan yang lebih luas, namun sisi yang negatif adalah bahwa hal itu juga akan menuntut waktu, tenaga dan biaya yang lebih besar dalam analisis.
๐ค Principal investigator, berperan penting dalam menentukan strategi dan arah penelitian. Terkadang kendala terjadi ketika PI cenderung mengarahkan arah penelitian pada pembiasan yang dimilikinya. Hal ini mengarah pada kelalain dalam mempertimbangkan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian, dan dalam beberapa situasi justru merugikan pendekatan analisis yang dapat dilakukan para peneliti secara seutuhnya.
๐ญ Riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis mungkin tidak selalu mampu menggabungkan semua perspektif sesuai kebutuhan pemahaman. Ada kemungkinan bahwa beberapa perspektif tidak akan mampu diakomodasi dalam analisis riset sehingga lebih terkonsentrasi pada beberapa perspektif. Hal ini mempengaruhi pembatasan analisis pada beberapa perspektif penelitian.
๐ฐ Metode riset ini memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar ketimbang metode penelitian konvensional. Mengkombinasikan beberapa perspektif pada penelitian ini memerlukan perlakuan khusus pada masing-masing perspektif yang terlibat dalam analisis. Hal ini berimplikasi pada waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh para peneliti.
๐คจ Terdapat perdebatan mengenai metode riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis di dunia akademik. Beberapa peneliti menganggap bahwa riset ini terlalu kompleks dan memerlukan waktu, kemudian tidak dapat menyimpulkan secara generalisasi. Namun, para pendukung percaya bahwa riset ini mampu memberikan keuntungan pada proses pembebasan bahkan pada masa yang lebih panjang.
Kelengkapan Makna Riset Dekolonisasi-Feminis-Postkolonial-Interseksional-Kritis-Komunitas-Partisipatif-Fenomenologis
Komponen | Definisi |
---|---|
Dekolonisasi | Merupakan pemikiran yang berupaya membebaskan diri dari pengaruh kolonial dan mengambil pandangan dari aspek kearifan lokal. |
Feminis | Merupakan pemikiran yang menekankan persamaan hak dan kesetaraan gender. |
Postkolonial | Melihat pengaruh penjajah pada masa lalu, memperkuat pembebasan dan memperhatikan kerjasama yang horizontal dan menjalin hubungan dengan sebuah negara atau nilai kebudayaan. |
Interseksional | Melihat beberapa macam dimensi keberagaman, termasuk gender, ras, kelas, agama dan kebudayaan dalam satu perspektif. |
Kritis | Mampu menghadapi asumsi dasar atau mempertanyakan pembelajaran yang diterima sebelumnya. |
Komunitas Partisipatif | Kondisi masyarakat yang aktif dan partisipatif, yang memungkinkan masyarakat menjadi bagian dari proses penelitian. |
Fenomenologis | Pendekatan penelitian yang lebih ingin memahami mengenai pengalaman pribadi dan bagaimana pengalaman itu membentuk pengetahuan seseorang tentang dunia. |
13 Pertanyaan Umum Tentang Riset Dekolonisasi-Feminis-Postkolonial-Interseksional-Kritis-Komunitas-Partisipatif-Fenomenologis
1. Kenapa riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis sangat kompleks?
๐ง Riset ini kompleks karena metode ini mengharuskan peneliti mempertimbangkan dan menggabungkan beberapa dimensi analisis untuk menjelajahi isu perspektif gender, ras, dan kelas serta mengeksplorasi dan mengakomodasi perspektif berbeda.
2. Apakah perspektif kelas termasuk dalam riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis?
๐ค Ya, perspektif kelas termasuk dalam riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis. Dalam pemikiran ini kelas menjadi persoalan yang penting untuk diperhatikan dalam perspektif keadilan sosial.
3. Apa yang menjadi fokus riset ini?
๐ฏ Riset ini fokus pada tabel sembilan fungsi atau dimensi analisis, yakni rasialisasi- gender-ekonomi-kultural-politik-historiografis-ideologis-ekologi- dan metodologis.
4. Bagaimana pandangan feminist terhadap penindasan terhadap perempuan?
๐ฉโ๐ฆฑ Feminis memandang penindasan perempuan tidak hanya sebagai gagasan oposisi gender atas laki-laki namun juga sebagai sebuah penindasan yang dicerminkan dalam sistem dan struktur sosial.
5. Apa yang dimaksud dengan pandangan kultural dalam analisis riset ini?
๐ Pandangan kultural dalam riset dekolonisasi-feminis-postkolonial-interseksional-kritis-komunitas-partisipatif-fenomenologis mempertimbangkan aspek sororitas yang menjadi penanda dari sebuah kelompok versus kelompok yang lain, juga pandangan kultural yang merupakan penanda dari sebuah peradaban.
6. Apakah metode riset ini hanya fokus pada satu perspektif saja?
๐ Tidak, metode riset ini mempertimbangkan gabungan dari beberapa perspektif analisis untuk menghind