Maia Estianty Dapat Puji dari Psikolog: Mengendalikan Ego dan Kemarahan dalam Nikah Al Ghazali Adalah Tanda Kesetaraan Sejati


RUBLIK DEPOK

– Tingkah laku Maia Estianty saat menghadiri pernikahan anaknya, Al Ghazali, dengan Alyssa Daguise pada 16 Juni 2025, mendapat banyak pujian bahkan dari para ahli psikologi. Meskipun dalam suasana emosional yang kuat dan bermakna, Maia tetap memperlihatkan sikap dewasa serta matang khususnya ketika bersama eks suami-nya, Ahmad Dhani.

Psikolog Sebut Maia Estianty Sudah Mencapai Tingkatan Kesadaran Emosi yang Luar Biasa

Psikolog mengamati bahwa Maia Estianty memperlihatkan tingkat kesadaran emosi yang jarang dilihat. Pada pernikahan anaknya, Maia nampak sangat tenang dan elegan sambil berhasil menciptakan atmosfer yang damai tanpa ada petunjuk kecemasan atau tegangan, bahkan saat ia harus kembali berbagi ruangan dengan individu yang telah menjadi sejarah di hidup lamanya.

Psikolog ini menyampaikan, tidak semua orang mampu menurunkan egonya di hadapan mantan pasangan, apalagi dalam acara besar dan sakral seperti pernikahan anak. Banyak orang justru memilih untuk menjauh atau bahkan menciptakan jarak emosional. Namun tidak dengan Maia.

Kepanjangan Emosi Sebagai Indikasi Kesetaraan Pribadi

Maia dijuluki berhasil mengontrol marah dan emosinya untuk kesejahteraan buah hati. Hal itu memperlihatkan bakat istimewa dalam manajemen diri serta membuktikan bahwa Maia sudah menuntaskan ‘peperangan internal’ yang barangkali dialami karena sejarah hidupnya yang dipenuhi gejolak.

Di bidang psikologi, mengatur emosi tak sekadar berarti membatasi amarah, tetapi juga mencakup kapabilitas individu untuk bereaksi pada keadaan kurang menyenangkan lewat metode yang sehat, produktif, serta tanpa membawa dampak negatif bagi orang lain, khususnya anak-anak sebagai elemen vital dalam interaksi sebelumnya.

BACA JUGA:  8 Bukti Cinta Gwan Sik pada Ae Sun di ‘When Life Gives You Tangerines'

Bukan Hanya Dewasa, Tetapi juga Menginspirasi

Tindakan Maia Estianty tak sekadar tentang meredupkan egonya saja, melainkan pula berani menghadapi masa lalunya sebagai sebuah fase dalam perkembangan diri, bukannya suatu bebann. Pilihannya tampil bersama Ahmad Dhani bukan cuma memperlihatkan kedewasaan, tapi juga menyampaikan sinyal yang kuat bagi putra-puteranya bahwa walau orang tuanya sudah terpisahkan, mereka masih dapat kerjasama demi saat-saat vital dalam hidup keluarga.

Banyak pihak menganggap Maia sebagai teladan bagi para ibu dalam hal membedakan antara masalah pribadi dan kebutuhan anak. Dia membuktikan bahwa trauma di masa lalunya dapat ditangani tanpa perlu mengakhiri hubungan secara tetap.

Peranan Pasangan Baru dalam Pertumbuhan Kematangan

Kehadiran Irwan Mussry sebagai pendamping baru Maia dianggap memiliki peranan signifikan dalam tahapan penyembuhan dan transformati emosi dirinya. Hubungan yang mendukung dan baik dapat membantu individu meredefinisikan perspektif mereka tentang masa lalu serta menciptakan ruang bagi pertumbuhan pribadi tanpa rasa benci atau trauma jangka panjang.

Dengan adanya dukungan moral dan emosi yang kuat, Maia dapat merestrukturisasi rasa percaya dirinya serta mengelola situasi-situasi sulit seperti perkawinan putranya dengan lebih tenang tanpa ada beban besar. Orang yang berhasil menstabilkan aspek emosional biasanya menjadi faktor penting dalam pemulihan jiwa bagi mereka yang pernah trauma.

dukungan dari masyarakat serta tanggapan positif warga internet

Postingan yang menyinggung tentang kematangan Maia segera mendapat respon berupa banyak komentar dari pengguna media sosial. Kebanyakan orang memuji kerelaan serta sikap optimis Maia saat menghadapi masa lalunya sambil tetap memberikan dukungan penuh kepada anaknya dengan kasih sayang.

Sebagian orang berpendapat bahwa tak setiap individu mampu melakoni tugas serupa, terlebih bila trauma emosi belum hilang. Akan tetapi, Maia menunjukkan bahwa kasih sayang pada anak dapat menjadi daya tarik untuk melepaskan diri dari kesombongan dan memeluk sejarahnya dengan kedamaian.

BACA JUGA:  Politikus PSI: Jokowi Layak Dibandingkan dengan Nabi atau Tokoh Suci

Pelajaran dari Figur Maia: Ketangguhan, Kemewahan, serta Keserasian

Kisah Maia Estianty memberikan pemikiran mendalam untuk banyak keluarga yang sedang melewati proses perpisahan. Ini menegaskan bahwa cerai tidak berarti jalan hidup telah terhenti, dan ikatan emosional yang positif masih dapat dipertahankan demi kesejahteraan sang anak. Lebih lanjut, rasa damai antara kedua belah pihak setelah bercerai bisa dijadikan fondasi utama dalam menciptakan perkembangan psikologis si anak secara baik.

Tindakan Maia selama pernikahan putranya memberikan pengajaran berharga tentang cara menangani rasa sakit, meredam egosentrisme, serta menciptkan kehidupan yang lebih tenang. Pelajaran ini tidak hanya bermanfaat untuk dunia hiburan tetapi juga dapat diterapkan oleh banyak orang yang sedang mengalami hal-hal sejenis di kehidupan nyata.

Check Also

Politikus PSI: Jokowi Layak Dibandingkan dengan Nabi atau Tokoh Suci

Politikus PSI: Jokowi Layak Dibandingkan dengan Nabi atau Tokoh Suci

SEPUTAR CIBUBUR – Anggota Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka, menjadi sorotan usai mengatakan …