Irwan Mussry, suami dari Maia Estianty, terkenal sebagai seorang pengusaha yang berasal dari lingkungan keluarga berkecukupan. Namun siapa sangka, Irwan Mussry memiliki luka di masa kecil yang tidak pernah ia ceritakan sebelumnya.
Sebelum menjadi seorang pengusaha jam tangan yang berpengaruh secara global, Irwan Mussry lahir ke dalam sebuah keluarga bernilai tinggi. Ayahnya, Charles Mussry, adalah seorang tokoh bisnis sukses di Kota Surabaya.
Mengutip dari Tribunnewsmaker.com, salah satu usaha milik Charles adalah bengkel kendaraan yang beroperasi di Jalan Simpang, kini lebih dikenal sebagai Jalan Pemuda.
Selain dari tempat perbaikan kendaraan, ia juga mempunyai serta mengurus sebuah fasilitas kesehatan.
Klinik tersebut terletak di Jalan Simpangan yang tidak jauh dari bengkelnya.
Berkat kemampuannya tersebut, seluruh usaha yang dikelola oleh Charles sebagian besar sukses dan tumbuh pesat sehingga menjadikannya sebagai salah satu individu paling kaya di Surabaya.
Aset yang dimiliki oleh Charles Mussry digunakan untuk memperoleh properti seperti sejumlah villa di wilayah Tretes, Pasuruan, Jawa Timur.
Sebelum kemerdekaan, Mussry telah menjadi sebuah keluarga yang makmur. Namun naasnya, masa kanak-kanak Irwan Mussry mengalami perubahan buruk setelah ayahnya meninggal pada tahun 1971.
Saat itu, Irwan baru saja berumur 8 tahun. Kehilangan ayahnya menjadi luka batin yang sangat dalam dan tidak pernah bisa dilupakan sampai sekarang.
Irwan masih mengingat kembali pengalaman traumatis dari masa kecilnya setelah ia menikahi Maia Estianty. Hal tersebut menjadi dasar bagi Irwan dalam menolak memiliki anak tambahan.
“Tidak, sebenarnya saya sendiri ingin. Tapi mungkin suami dari awal bertanya ‘kamu mau memiliki anak tidak?’, lalu dia menjawab tidak,” ujar Maia mengisahkan percakapannya dengan Irwan Mussry, dilansir dari YouTube Curhat Bang Denny Sumargo.
“Kenapa, karena ia mengalami trauma saat ditinggalkan oleh ayahnya ketika berusia delapan tahun,” tambah Maia lagi.
Saat menikah enam tahun yang lalu, Usia Irwan memang telah mendekati akhir usia lima puluhan, sedangkan Maia masih dalam usia empat puluhan. Irwan tidak menginginkan jika pengalaman traumatis masa kecilnya akan dialami pula oleh anaknya nanti.
“(Alasan) Kedua nanti anak ini masih berusia demikian sudah kusembunyikan mati. Aku kasihan, aku tidak ingin mengulangi pengalaman masa kecilku kepada anak ini,” ujar Maia menirukan perkataan suaminya.
Mereka setuju untuk merayakan pernikahan secara privat bersama-sama saja. Terlebih lagi, Irwan dan Maia sama-sama telah memiliki anak dari hubungan sebelumnya. (*)