Apa Itu Superhero & Cinderella Syndrome yang Viral di Media Sosial?



– Timeline jejaring sosial
– Kronologi aktivitas di media online
– Rentang waktu kegiatan di platform medsos
– Deretan peristiwa pada jaringan sosial
– Urutan acara dalam dunia maya
X
tidak lama yang lalu banyak dibahas mengenai sekelompok pria yang dianggap memiliki
“superhero syndrome”,
sementara perempuan punya
“cinderella syndrome”.

Berdasarkan pendapat netizen, dua sindrom tersebut menggambarkan peran gender yang kini tidak sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.

Laki-laki terkadang mengalami “sindrom superhero”, ingin menyelamatkan, ingin menjadi tokoh pahlawan, merasa paling bermanfaat bagi kehidupan orang lain.
Di sisi lain, banyak wanita besar dengan “sindrom cinderella”, bersikap pasif, duduk tenang menantikan putra kerajaan yang tampan dan kaya akan datang menyelamatkan kehidupannya.
Meskipun dunia nyata bukanlah kisah fabel, kita tidak membutuhkan penyelamatan dari orang lain. yang diperlukan adalah kesadaran bahwa kendali atas kehidupan ini berada di tangan masing-masing individu.
Wanita perlu mampu melindungi dirinya terlebih dahulu. Jika suatu saat seseorang datang, ia…
bukan untuk menyelamatkan, tetapi untuk berjalan bersama, setara, sejawat
,” tulis akun
@fe*****sb*****
pada Kamis (18/6/2025).

Postingan itu juga memperoleh banyak dukungan dari netizen lainnya.

Lantas, apa sebenarnya
superhero syndrome
dan
cinderella syndrome
itu?

Pengertian
superhero syndrome
dan
cinderella syndrome
?

Ahli psikologi Danti Wulan Manunggal dari
Ibunda.id
menjelaskan,
superhero syndrome
(juga disebut
hero complex
Adalah semangat yang besar untuk senantiasa berperan sebagai “pahlawan” di setiap kondisi, meskipun orang itu mungkin belum siap.

“Orang yang memiliki kondisi ini seringkali memberikan bantuan bukan lantaran keadaannya membutuhkan, melainkan untuk meraih penghargaan atau pujian. Akibatnya, mereka rela mengorbankan diri sendiri dan terkadang tidak mampu membantu sepenuhnya,” kata Danti kepada
, Kamis (19/6/2025).

BACA JUGA:  Saksikan Gaya Preppy Elegan Ala 'Mean Girls' yang Kembali ke Tahun 2024!

Selanjutnya, dia mengatakan bahwa hasrat menjadi pahlawan dapat berasal dari berbagai alasan, termasuk motivasi etis, perasaan akan tanggung jawab, sampai dengan niat egois seperti ingin dirasa penting.

“Malahan, dalam beberapa keadaan yang sangat parah, seseorang dapat ‘mengacaukan’ situasi agar mereka terlihat sebagai pahlawan,” ujar Danti.

Sebaliknya,
cinderella syndrome
menunjukkan cara berpikir yang pasif namun penuh dengan harapan akan “diselematkan”.

Secara umum, individu yang menderita kondisi ini cenderung mempercayakan nasibnya kepada orang lain, biasanya pria, yang dipandang mampu menyediakan ketenangan atau membantu menyelesaikan permasalahan kehidupannya.

“Perbedaannya,
superhero syndrome
fokus pada keinginan untuk memberikan bantuan kepada sesama, sementara
cinderella syndrome
“menekankan pentingnya perlindungan dan penyelamatan,” tambah Danti.

Apakah kondisi ini berkaitan dengan jenis kelamin?

Walaupun sering dianggap sebagai sifat laki-laki maupun perempuan, Danti memastikan bahwa keduanya
superhero syndrome
maupun
cinderella syndrome
bukan merupakan diagnosa yang sah di bidang psikologi klinis.

Kedua hal tersebut hanya merupakan istilah yang dipakai untuk menjelaskan suatu bentuk sikap atau tindakan khusus.

“Gejala superhero tidak hanya milik kaum lelaki, demikian juga gejala cinderella bukan khusus untuk wanita,” ujarnya.

Namun, prasangka mengenai peran gender di tengah masyarakat, misalnya bahwa laki-laki wajib menjaga dan wanita seharusnya bersikap diam, dapat menyebabkan dua cara tersebut tampak lebih jelas berdasarkan jenis kelamin individu masing-masing.

“Sebenarnya, dua peran tersebut kini telah kehilangan maknanya. Kami tinggal di zaman yang mana wanita dapat mandiri, dan pria pun diperbolehkan untuk lemah,” kata Danti.

Lalu, perlu khawatir?

Walaupun bukan gangguan jiwa yang parah, Danti menyarankan orang yang mengalami tanda-tanda sindrom ini agar segera meminta pertolongan ahli.

Ini penting sehingga mereka dapat mengenali penyebab masalah dan menciptakan cara beradaptasi yang lebih baik.

BACA JUGA:  15 Serial Kartun Favorit Era 90-an yang Menghibur Setiap Minggu

“Kondisi lingkungan di mana orang-orang ini tinggal mungkin juga menyulitkan, karena mereka kerap merasa paling mengetahui atau paling berkontribusi,” ujarnya.

Gaya pengasuhan dan pembelajaran diri yang dimulai dari usia dini diyakini dapat berkontribusi dalam mengurangi risiko perkembangan kedua sindrom tersebut pada masa mendatang.

“Yang terpenting ialah kepedulian bahwa setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki otonomi dalam mengatur hidupnya masing-masing. Tak perlu menjadi pahlawan, juga tak perlu menantikan bantuan dari orang lain,” ujar Danti.

Check Also

Cara Mudah Mengubah Sweater Polos Jadi Lebih Kekinian!

Cara Mudah Mengubah Sweater Polos Jadi Lebih Kekinian!

Bukan menjadi rahasia lagi nih, bahwa sweater sederhana menjadi pilihan favorit bagi sejumlah besar orang. …