Banyak film sengaja disajikan dengan kompleksitas agar penonton tetap merenungkan artinya hingga selesai menonton. Alur yang bertingkat dan
twist
Mengherankan menjadi daya tarik khusus bagi para penggemar petualangan. Tetapi pada kenyataannya, beberapa film malah semakin membingungkan setiap kali ditonton berulang, lantaran alur ceritanya terasa melemah ketika diamati secara mendalam.
Sebaliknya, para penonton justru mulai bingung dan sering mengajukan pertanyaan seperti, “Kenapa bisa demikian?”, “Apa maksud dari bagian itu?”, atau “Mengapa ceritanya terlihat berbeda dibanding sebelumnya?” Meski beberapa di antara film-film tersebut masih menarik perhatian dan memiliki penggemar yang sangat setia, tak dapat dipungkiri bahwa tiap kali dilihat kembali, sensasinya mirip dengan memasuki sebuah labyrinth yang sulit dikelilingi.
Buktikan saja, ya. Berikut beberapa saran film yang terkenal membuat kepala pusing jika dilihat berulang kali, apakah benar begitu?
1. Predestination (2014)
Film
sci-fi
film yang dibintangi Ethan Hawke dan Sarah Snook ini pada awalnya terlihat seperti kisah detektif waktunya yang umum. Hawke memainkan karakter sebagai agen masa depan yang tugasnya mencegah para pelaku kejahatan sebelum melakukan aksinya. Namun, seiring berkembangnya alur cerita, penonton diperkenalkan dengan…
twist
sangat mengejutkan bahwa ia dan pelaku kejahatan yang dicari itu merupakan seseorang yang sama.
Belum sepenuhnya terwakili, karena masih ada elemen operasi seksual serta paradok kala yang menjadikan identitas asli tokoh sebagai teka-teki tanpa ujung. Semakin sering Anda menyaksikannya, semakin banyak pula pertanyaan yang timbul. Logika waktu dalam film ini sangat rumit, bahkan ketika dijelaskan pun tetap terasa tidak logis.
Namun di sisi lain,
Predestination
Masih menarik karena penampilan aktornya yang baik dan konsepnya yang berbeda. Bahkan, Ethan Hawke pernah menceritakan bahwa seorang petugas kepolisian pernah memberhentikan dirinya di jalan hanya untuk bertanya tentang akhir dari film tersebut.
Yap
, sesulit itu dipahami!
2. Jangan Khawatir, Darling (2022)
Film karya Olivia Wilde tersebut pada awalnya tampak sebagai kisah keluarga dengan nuansa era 1950-an yang mempesona. Tetapi secara bertahap berubah menjadi sebuah narasi
thriller
psikologis dengan
twist
bahwa segala pengalaman yang dirasakan oleh tokoh utama bernama Alice (Florence Pugh) hanya merupakan simulasai dari sebuah komputer.
Dunia ini dibuat oleh tokoh Chris Pine sehingga para pria dapat menjalani imajinasi tentang keluarga yang sempurna. Dari segi tema, ia cukup tajam dalam mengkritik masalah gender dan otoritas. Namun, persoalannya adalah bahwa…
twist
menyadarkan, alur cerita mulai retak saat dilihat kembali.
Mengapa setiap istri memiliki kisah masa lalu yang mirip? Mengapa mereka tak pernah mencurigai satu sama lain? Yang paling membingungkan adalah adanya adegan kecelakaan pesawat yang menjadi alasan utama perubahan karakter utamanya, namun tidak pernah dibahas lebih lanjut. Pertama kali menonton terasa menyenangkan, tetapi tonton ulang justru membuat bingung dan ingin menggaruk kepala.
3. Looper (2012)
Sebagai karya yang mengangkat tema perjalanan waktu,
Looper
memiliki premise menarik, yaitu seorang pembunuh bayaran yang membunuh korban dari masa depan. Namun, segalanya menjadi lebih rumit ketika versi masa depan sang pembunuh (Bruce Willis) dikirim ke masa kini (Joseph Gordon-Levitt) untuk dibunuh oleh dirinya sendiri. Konsep ini memancing rasa penasaran, tetapi juga memiliki risiko besar dalam hal logika.
Makin sering dilihat, makin banyak celah cerita yang terlihat. Mengapa penjahat dari masa depan harus kembali ke masa lampau? Mengapa tidak dibunuh secara langsung di waktu yang akan datang? Mengapa wajah JGL perlu diganti menggunakan alat bantu yang justru tidak menyerupai Bruce Willis?
Looper
merupakan jenis film yang pada awalnya menarik perhatian, namun lambat laun justru membuat bingung.
4. Batman: Kembalinya Sang Penjaga Kota (2012)
Sebagai bagian dari trilogi Batman karya Nolan, film ini menyajikan beragam momen mengejutkan. Tapi jika disaksikan beberapa kali, sejumlah peristiwa justru tampak kurang logis. Misalnya saja, semua petugas kepolisian Kota Gotham dibawa masuk ke lorong bawah tanah dan tersesat di sana selama lima bulan. Keputusan seperti itu terkesan sangat mengada-ada hingga sulit diterima akal.
Terdapat hal aneh lainnya, misalnya saja Bruce Wayne pulih dari cedera patah tulang belakang hanya karena dipukul, kemudian secara misterius dapat kembali ke Gotham yang sepenuhnya terkunci tanpa memiliki uang maupun perangkat komunikasi.
Ending
-nya Batman berpura-pura mati dan tinggal damai di Italia bersama wanita yang pernah menipunya. Menarik dari segi visual, tetapi alur ceritanya membuat bingung.
5. Us (2019)
Film horror karya Jordan Peele memang mencuri perhatian di awal. Cerita mengenai sebuah keluarga yang dikacaukan oleh salinan “duplikat” mereka dari dunia bawah tanah bernama Tethered, terkesan mendebarkan sekaligus penuh makna. Konsep bahwa Tethered merupakan wakil dari komunitas yang tertindas dalam masyarakat sangat kuat sebagai pesan sosial.
Namun, semakin sering dilihat, semakin banyak hal yang tampak aneh. Bagaimana bisa jutaan orang tinggal di bawah tanah bertahun-tahun tanpa diketahui? Darimana mereka mendapatkan makanannya? Mengapa semua memiliki pakaian merah dan gunting yang sama?
Bila disampaikan dengan cara metaforis, segala sesuatu tampak memiliki makna mendalam. Tetapi, sebagai sebuah film horor yang membutuhkan logika sederhana, karya ini segera hancur ketika ditinjau lebih lanjut.
Ada beberapa film yang sengaja dibuat untuk menguji pemikiran dan membuat penonton merasakan tantangan. Tapi bagaimana jika makin lama menonton justru semakin membingungkan? Apakah tetap layak disebut sebagai film cerdas atau cuma sekadar terlihat kompleks saja? Beri pendapatmu di kotak komentar, ya!
Mengapa Hollywood Tertarik Membuat Ulang Film Luar Negeri Yang Populer?
